Monday, March 7, 2005

Change...!

BEGITULAH judul buku Rhenald Kasali yang diluncurkan pekan lalu. Tetapi saya terpaksa mengubahnya untuk menyesuaikan kebiasaan di kolom ini, yakni tiga titik kemudian ditambah dengan tanda seru. Sementara judul buku itu sendiri tak menggunakan tiga titik. Langsung tanda seru. Boleh jadi itu menggambarkan karakter Rhenald Kasali, suka tembak langsung.

Seorang guru memang harus demikian, supaya "murid" tidak bingung, langsung memahami persoalan yang dipaparkan. Rhenald juga memang seorang guru. Bahkan, menurut saya, dia seorang mahaguru. Sebagai dosen dan Ketua Program Studi Ilmu Manajemen FEUI, tentu saja ia mengajar mahasiswa yang studi tingkat lanjutan. Tentu ada guru alias dosen yang menjadi "muridnya". Juga berbagai pelaku di sektor bisnis, politik, pemerintahan.

Kemahaguruannya juga dapat dinilai dari kegemarannya "mengajar" masyarakat secara luas, yakni melalui tulisan-tulisannya di media cetak, maupun perannya dalam berbagai acara di media elektronik.

"Change! Tak Perduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda Jalani, Putar Arah Sekarang Juga." Sangat provokatif memang. Tetapi memprovokasi orang lain agar kembali ke jalan benar, tentulah pekerjaan mulia.

"Dunia usaha tidak perlu takut melakukan perubahan," demikian Rhenald Kasali ketika memaparkan bukunya. Dia mengungkapkan, selama melakukan perjalanan ke daerah-daerah di Indonesia, dirinya menangkap bahwa perubahan telah menjadi aspirasi di mana-mana. Justru yang menjadi masalah adalah para pelaku manajemen yang dinilainya bergerak terlalu lama dalam merespons aspirasi tersebut.

"Hampir setiap saya memberikan ceramah tentang manajemen, selalu saja muncul pertanyaan yang sama, yaitu harus mulai dari mana?" Padahal, kata dia, perubahan dapat dimulai dari mana saja.

Inilah persoalannya. Karena tidak mengerti, akhirnya mereka melakukan kerja hari ini seperti yang dikerjakan kemarin. Padahal, masalah hari ini sudah berbeda dengan masalah kemarin. Akibatnya, kata Rhenald, kita di Indonesia seperti hidup di masa lalu dan terlalu mengandalkan "past solutions" yang tidak memberi solusi apa-apa. "Sudah sangat jelas masyarakat menuntut adanya perubahan," katanya lagi.

Berubah atau mati! Itu provokasi lain Rhenald Kasali. Buat apa suatu perubahan atau institusi terus dipertahankan kalau ia hanya menjadi beban masyarakat? Hidup, tetapi mengidap penyakit ketuaan, tidak memberi manfaat, dan menyulitkan banyak orang. Buku ini menjelaskan segala hal untuk mengelola perubahan. Untuk membuat sebuah perubahan menghasilkan prestasi besar.

Dalam setiap perubahan selalu ada dua pihak. Mereka yang menganut asas "seeing is believing" dan "believing is seeing". Padahal, untuk menciptakan perubahan, pertama-tama harus ada yang bisa mengajak semua pihak "melihat". Namun, ini saja tidak cukup. Mereka yang "melihat" belum tentu "bergerak", yang "bergerak" belum tentu "mampu menyelesaikannya".

Sebagian besar orang telah terperangkap oleh kesuksesan masa lalu. Dan seperti kata Peter Drucker, bahaya terbesar dalam turbulensi bukanlah turbulensi itu sendiri, melainkan "cara berpikir kemarin" yang masih dipakai untuk memecahkan masalah sekarang.

Dalam buku itu dia memaparkan banyak jalan yang telah ditempuh tokoh-tokoh besar dalam melakukan perubahan. Lee Kuan Yew (Singapura), misalnya, membangun negerinya dengan kebersihan, bagaimana Vaughn Beals melakukan perubahan dalam Harley Davidson, Lee Iacocca (Chrysler), Robert Voyce di Intel.

Tokoh-tokoh di dalam negeri juga ditampilkan. Disebutnya contoh Bupati Darmili (Pulau Simeulue) yang membuka daerahnya yang semula sangat terisolasi. Ada pula almarhum Cacuk Sudariyanto untuk Telkom, Marzuki Usman untuk pasar modal, Pramukti Surjaudaja (Bank NISP), dan lain sebagainya.

"We must be the change we wish to see in the world..." GANDHI. Begitu bunyi pesan singkat seorang teman ketika dia berjuang mengubah kultur sebuah badan usaha milik negara.
Menurut Rhenald, jika transformasi dilakukan secara struktural dan kultural, maka perubahan bak "pesta" yang menyenangkan. (andi suruji). (Sumber : Kompas, Senin, 7 Maret 2005)

No comments: